LAPORANPRAKTIKUM FARMASETIKA II
PEMBUATAN EMULSI
OLEH
NAMA : SEPRI DWIARISTA
NIM : F201601092
KEAS : G.2 FARMASI
BATCH : B/KELOMPOK III
PROGRAM STUGI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA KENDARI
2017
I.
LANDASAN TEORI
Emulsi
berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emusi
memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian
yang mengandung lemak, protein, dan air. Hingga akhirnya pada pertengahan abad
XVIII, seorang ahli farmasi dari perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari
oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom
arab, tragakan, dan kuning telur sebagai emulgator. Emulsi yang terbentuk
karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan
(Syamsuni, A. 2006).
Zat
pengemulsi (emulgator) merupakan komponen paling penting agar memperoleh emulsa
yang stabil, emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah
terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah
(Anief, Moh. 2010).
Komponen-komponen
emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: (Syamsuni, A. 2006)
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam
emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil didalam zat cair lain.
b. Fase pendispersi/ fase eksternal, yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen tambahan, yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,
odoris, colouris, pengawet, dan antioksidan.
Berdasarkan macam zat
cair yang berfungsi sebagai fase internal maupun fase eksternal, emulsi dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu: (Syamsuni, A. 2006)
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam
air), adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi kedalam air, minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase
eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam
minyak), yaitu emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase
eksternal.
Emulsi dikatakan tidak stabil jika
mengalami hal-hal seperti berikut ( Syamsuni, 2007 ) :
1. Creaming, terpisahnya emulsi
menjadi 2 lapisan, satu bagian mengandung fase dispers lebih banyak dari
lapisan lain. Creaming bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan
akan terdispersi kembali.
2. Koalensi dan cracking (
breaking ) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan
butir minyak berkoalensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi
ini bersifat ireversibel ( tidak dapat kembali ). Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : seperti penambahan
alkohol, perubahan PH, penambahan elektrolit CaO/Cacl2 eksikatus
b. Peristiwa fisika : seperti
pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
c. Peristiwa biologis : seperti
fermentasi bakteri, jamur atau ragi
3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O
secara tiba-tiba atau sebaliknya, sifatnya ireversibel.
Dikenal 3
metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut
( Syamsuni, 2007 ) :
a. Metode gom kering atau metode
kontinental
Dalam metode ini, zat
pengemulsi( biasanya gom arab ) dicampur
dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus
emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersdia.
b. Metode gom basah atau metode
inggris
Zat pengemulsi
ditambahkan kedalam air ( zat pengemulsi umumnya larut dalam air ) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, kemudian di encerkan dengan sisa air.
c. Metode botol atau metode botol
forbes
Digunakan untuk
minyakmenguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskosita rendah (
kurang kental 0. Serbuk gom dimasukkan kedalam botol kering, ditambahkan 2
bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.
Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
II. MATERI
PRAKTIKUM
a.
Menyalin Resep
dr.
Harnaningdiningrat
SIP
: 1239/SIP/2000
Jl. Belanda no. 10 Kendari
Kendari,
2 November 2009
R/ Oleum Iecoris Aselli 25
PGA 7,5
Glycerin 2,5
Aqua 18,75
m.f.Emulsi
s 2 dd cth 1
Pro : Jasminah
(9 tahun)
|
b.
Skrining Resep dan Solusi
-
Skrining
Administrasi
Bagian
Resep
|
Kelengkapan
|
Ada
|
Tidak Ada
|
Keterangan
|
Inscription
|
Nama dokter
|
ü
|
-
|
dr. Harnaningdiningrat
|
SIP
|
ü
|
-
|
1239/SIP/2000
|
|
Alamat dokter
|
ü
|
-
|
Jl. Belanda No. 10
|
|
No. Telp/Hp
|
-
|
ü
|
Tidak tercantum
|
|
Tgl Penulisan resep
|
ü
|
-
|
2 November 2009
|
|
Praescriptio
|
Nama dan jumlah obat
|
ü
|
-
|
Oleum Iecoris Aselli 25 g
|
PGA 7,5 g
|
||||
Glycerin 2,5 g
|
||||
Aquadest 18,75 g
|
||||
Bentuk sediaan
|
ü
|
-
|
Emulsi
|
|
Signature
|
Nama pasien
|
ü
|
-
|
Jasminah
|
Umur pasien
|
ü
|
-
|
9 tahun
|
|
Alamat pasien
|
-
|
ü
|
Tidak tercantum
|
|
No. Telp/Hp
|
-
|
ü
|
Tidak tercantum
|
|
Aturan pakai
|
ü
|
-
|
s 2 dd cth 1
|
|
Subscriptio
|
Paraf dokter
|
-
|
ü
|
Tidak tercantum
|
-
-
Skrining Farmasetik
Dalam resep
ini bahan-bahan yang digunakan adalah Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram,
PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram dan Aquadest sebanyak 18,75
gram. Semua bahan ini kemudian digerus/ diracik menjadi bentuk sediaan emulsi.
Hal ini dilakukan untuk memudahkan pasien dalam mengonsumsinya, resep ini
dibuat atas permintaan pasien atas nama Jasminah yang berumur 9 tahun dengan
keluhan nafsu makan yang berkurang karena dalam masa pertumbuhan.
III.
URAIAN BAHAN
1.
Aquadest (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Khasiat : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Gliserin (FI
Edisi III Hal. 271)
Nama resmi :
Glycerolum
Nama lain :
Gliserol, gliserin
Pemerian : Cairanseperti sirop, jernih, tidak
berwarna,Tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat,higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 200
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan
etanol (95%)p,
praktis tidak larut dalam
kloroform p, dalam eter p dan dalam
minyak lemak
Khasiat :
zat tambahan (Corrigen Saporis)
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup baik
3.
Minyak ikan (FI Edisi III 1979 : 457)
Nama resmi : Oleum Iecoris Aselli
Nama lain : Minyak ikan
Pemerian : Cairan, kuning pucat,
bau khas, agak manis,
tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan :
Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah
larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan
dalam eter minyak tanah p.
Khasiat :
Sumber vitamin A dan vitamin B
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,
terlindung dari cahaya.
4.
Pulvis Gummi Acaciae (FI. Edisi IV Hal. 718)
Nama resmi : Pulvis Gummi Acaciae
Nama lain : Serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian : Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau
Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi
sangat lambat, meninggalkan sisa bagian
tanaman dalam jumlah sangat
sedikit, dan
memberikan cairan seperti mucillago, tidak
berwarna atau kekuningan, kental, lengket,
transparan, bersifat asam
lemah terhadap
kertas lakmus biru, praktis tidak
larut
dalam etanol dan dalam eter p
Khasiat : Zat tambahan (Emulgator)
Penyimpanan
: Dalam
wadah tertutup baik.
IV.
PERHITUNGAN
DOSIS
V.
PENIMBANGAN BAHAN
a. Pengenceran bahan obat
b. Obat yang ditimbang/diukur
- Penimbangan Untuk Pembuatan Corpus Emulsi
Untuk membuat emulsi
dengan minyak lemak maka untuk membuat corpus emulsi diperlukan perbandingan
antara emulgator, fase air dan fase minyak dimana perbandingannya yaitu 1 : 1,5
: 2, hal ini telah ditetapkan dalam buku ilmu meracik obat halaman 134 (Anief,
Moh. 2010).
-
Emulgator
(PGA) :
1 x 7,5 g = 7,5 gram
-
Air
(Aquadest) :
1,5 x 7,5 g = 11,25 gram
-
Minyak (Oleum
Iecoris Aselli) :2 x 7,5 g = 15 gram
Sisa bahan yang akan ditambahkan setelah pembuatan corpus emulsi yaitu:
Air
(Aquadest) :
18,75 ml – 11,25 ml = 7,5 ml
-
Minyak (Oleum
Iecoris Aselli) : 25 gram – 15
gram = 10 gram
No
|
Nama Obat
|
Jumlah Obat
|
Keterangan
|
1
|
Oleum Iecoris Aselli
|
25 gram
|
|
2
|
PGA
|
7,5 gram
|
|
3
|
Glycerin
|
2,5 gram
|
|
4
|
Aqua
|
18,75 ml
|
VI. PROSEDUR
KERJA ( Anonim, 2017 )
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram,
Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan Aquadest sebanyak 18,75 ml
3. Dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan minyak (Oleum Iecoris
Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir, ditambahkan PGA sebanyak 7,5 gram lalu
digerus hingga homogen
4. Ditambahkan aquadest sebanyak 11,25 gram sekaligus, digerus cepat hingga
terbentuk corpus kemudian ditambahakan glycerin sebanyak 2,5 gram, digerus
hingga homogen
5. Ditambahakan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli)
sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit, digerus hingga homogen
6. Dimasukkan dalam botol dan diberi etiket.
VII.COPY RESEP
APOTEK
MANDALA WALUYA FARMA
Jl.
A. H. Nasution G37, Kendari
Apoteker
: Jastria Pusmarani, S.Farm., M.Sc., Apt
SIPA : 15/Dkk/2015/001
COPY
RESEP
No :
04
Dari : dr. Harnaningdiningrat
Tanggal : 2 November 2009
Untuk : Jasminah (9 tahun)
Alamat : -
R/Oleum Iecoris
Aselli 25 gram
PGA 7,5 gram
Glycerin 2,5 gram
Aqua 18,75 gram
m.f. Emulsi
s 2 dd cth 1
Kendari, 2-11-2009
PCC
Apoteker
|
VIII. ETIKET
APOTEK
MANDALA WALUYA FARMA
Jl.
A. H. Nasution G37, Kendari
Apoteker
: Jastria Pusmarani, S.Farm., M.Sc., Apt
SIPA : 15/Dkk/2015/001
Kendari,
2-11-2009
No : 04
Nama : Jasminah (9 tahun)
Aturan
pakai : 2 x sehari sendok teh
Sesudah/
|
XI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali
ini kami melakukan percobaan pembuatan emulsi, dimana dalam pembuatan emulsi
ini kami sebagai mahasiswa atau praktikan diharapkan dapat mengetahui cara
pembuatan emulsi serta mampu membuat sediaan emulsi dengan minyak lemak.
Pada praktikum ini
metode yang digunakan dalam pembuatan emulsi yaitu dengan metode gom kering
sebab seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa metode gom kering dilakukan
dengan cara zat pengemulsi (PGA) dicampur dengan minyak terlebih dahulu,
kemudian ditambahkan air untuk membentuk corpus emulsi, baru diencerkan dengan
sisa air yang tersedia. Hal ini juga dilakukan pada prosedur kerja yang
digunakan pada percobaan ini (Syamsuni, A. 2006).
Pada percobaan ini
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Oleum Iecoris Aselli
sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan
aquadest sebanyak 18,75 ml. semua bahan kemudian dibuat atau diracik menjadi
sediaan emulsi dengan cara pertama: dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan
minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir dan ditambahkan
PGA sebanyak 7,5 gram lalu digerus hingga homogen, kedua: ditambahkan aquadest
sebanyak 11,25 ml lalu diaduk cepat hingga terbentuk corpus emulsi, ketiga:
ditambahkan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak
10 gram sedikit demi sedikit lalu ditambahkan glycerin sebanyak 2,5 gram
digerus hingga homogen, terakhir: dimasukkan dalam botol dan diberi etiket
putih.
Khasiat dari
bahan-bahan yang digunakan adalah Oleum Iecoris Aselli sebagai sumber vitamin A
dan D, PGA sebagai zat pengemulsi (emulgator), Glycerin sebagai zat tambahan
(corrigen saporis), serta aquadest
sebagai pelarut atau fase air (Farmakope Indonesia edisi III, 1979).
Aturan pakai dalam
resep ini adalah 2 kali sehari 1 sendok teh (5 ml), yang diperuntukkan kepada
pasien atas nama Jasminah dengan umur 9 tahun yang memiliki keluhan kurang
nafsu makan sehingga dokter membuat resep ini yang berkhasiat sebagai obat
penambah nafsu makan kepada anak dalam masa pertumbuhan yang membantu
perkembangan otak anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia jilid III. Depkes RI
: Jakarta
Dirjen, POM. 1995. Farmakope Indonesia jilid IV. Depkes RI
: Jakarta
Dirjen, POM. 1978. Formularium Nasional edisi II. Depkes RI
: Jakarta
Pusmarani, Jastria.
2017. Petunjuk Praktikum Farmasetika II.
STIKES Mandala Waluya : Kendari
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
titanium chain and tin products | TITanium-Arts
BalasHapusTitanium chain and titanium sia tin products. head titanium tennis racket These will offer you titanium meaning a complete shopping where can i buy titanium trim experience with a variety of products available in one titanium gr 2 brand,