Sabtu, 10 Juni 2017

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI



 LAPORANPRAKTIKUM FARMASETIKA II
PEMBUATAN EMULSI


Gambar terkait


OLEH
                                                       NAMA          : SEPRI DWIARISTA
                                                       NIM              : F201601092
                                                       KEAS           : G.2 FARMASI
                                                       BATCH        : B/KELOMPOK III 





PROGRAM STUGI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 
MANDALA WALUYA KENDARI
2017


I.     LANDASAN TEORI
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emusi memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein, dan air. Hingga akhirnya pada pertengahan abad XVIII, seorang ahli farmasi dari perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragakan, dan kuning telur sebagai emulgator. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan (Syamsuni, A. 2006).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil, emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah (Anief, Moh. 2010).
Komponen-komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: (Syamsuni, A. 2006)
1.    Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, terdiri atas:
a.    Fase dispers/ fase internal, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair lain.

b.    Fase pendispersi/ fase eksternal, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c.    Emulgator, yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2.    Komponen tambahan, yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet, dan antioksidan.
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal maupun fase eksternal, emulsi dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: (Syamsuni, A. 2006)
1.    Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air, minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2.    Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak), yaitu emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.

     Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti berikut ( Syamsuni, 2007 ) :
1.  Creaming, terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, satu bagian mengandung fase dispers lebih banyak dari lapisan lain. Creaming bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2.  Koalensi dan cracking ( breaking ) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversibel ( tidak dapat kembali ). Hal ini terjadi karena :
a.  Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan elektrolit CaO/Cacl2 eksikatus
b.  Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
c.  Peristiwa biologis : seperti fermentasi bakteri, jamur atau ragi
3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba atau sebaliknya, sifatnya ireversibel.
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut ( Syamsuni, 2007 ) :
a.  Metode gom kering atau metode kontinental
Dalam metode ini, zat pengemulsi(  biasanya gom arab ) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersdia.
b.  Metode gom basah atau metode inggris
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air ( zat pengemulsi umumnya larut dalam air ) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, kemudian di encerkan dengan sisa air.
c.  Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyakmenguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskosita rendah ( kurang kental 0. Serbuk gom dimasukkan kedalam botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.








II.  MATERI PRAKTIKUM
a.    Menyalin Resep
dr. Harnaningdiningrat
SIP : 1239/SIP/2000
Jl. Belanda no. 10 Kendari
Kendari, 2 November 2009
R/ Oleum Iecoris Aselli                   25
PGA                                                 7,5
Glycerin                                         2,5
Aqua                                               18,75
m.f.Emulsi
s 2 dd cth 1

Pro : Jasminah (9 tahun)
 






b.   Skrining Resep dan Solusi
 -   Skrining Administrasi


Bagian Resep
Kelengkapan
Ada
Tidak Ada
Keterangan
Inscription
Nama dokter
ü   
-
dr. Harnaningdiningrat
SIP
ü   
-
1239/SIP/2000
Alamat dokter
ü   
-
Jl. Belanda No. 10
No. Telp/Hp
-
ü   
Tidak tercantum
Tgl Penulisan resep
ü   
-
2 November 2009
Praescriptio
Nama dan jumlah obat
ü   
-
Oleum Iecoris Aselli 25 g
PGA                        7,5 g
Glycerin                  2,5 g
Aquadest             18,75 g
Bentuk sediaan
ü   
-
Emulsi
Signature
Nama pasien
ü   
-
Jasminah
Umur pasien
ü   
-
9 tahun
Alamat pasien
-
ü   
Tidak tercantum
No. Telp/Hp
-
ü   
Tidak tercantum
Aturan pakai
ü   
-
s 2 dd cth 1
Subscriptio
Paraf dokter
-
ü   
Tidak tercantum
-  






















-   Skrining Farmasetik
Dalam resep ini bahan-bahan yang digunakan adalah Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram dan Aquadest sebanyak 18,75 gram. Semua bahan ini kemudian digerus/ diracik menjadi bentuk sediaan emulsi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pasien dalam mengonsumsinya, resep ini dibuat atas permintaan pasien atas nama Jasminah yang berumur 9 tahun dengan keluhan nafsu makan yang berkurang karena dalam masa pertumbuhan.



III.   URAIAN BAHAN
1.    Aquadest (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi                 : Aqua Destillata
Nama lain                    : Air suling, Air murni
Rumus molekul           : H2O
Berat molekul              : 18,02
Pemerian                      : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
                                        tidak   mempunyai rasa
Khasiat                        : Sebagai pelarut
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
2.    Gliserin (FI Edisi III Hal. 271)
Nama resmi                   : Glycerolum
Nama lain                      : Gliserol, gliserin
Pemerian                       : Cairanseperti sirop, jernih, tidak
                                         berwarna,Tidak berbau, manis diikuti
                                          rasa hangat,higroskopik. Jika disimpan
                                         beberapa lama pada suhu rendah  dapat
                                          memadat membentuk massa hablur tidak
                                         berwarna yang tidak melebur hingga suhu 
                                        mencapai lebih kurang 200
Kelarutan                      : Dapat campur dengan air, dan dengan
                                        etanol  (95%)p, praktis tidak larut dalam
                                        kloroform p,  dalam eter p dan dalam
                                        minyak lemak
Khasiat                          : zat tambahan (Corrigen Saporis)
Penyimpanan                : dalam wadah tertutup baik

3.    Minyak ikan (FI Edisi III 1979 : 457)
Nama resmi                 : Oleum Iecoris Aselli
Nama lain                    : Minyak ikan
Pemerian                      : Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis,
                                       tidak   tengik, rasa khas.
Kelarutan                     : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah
                                       larut   dalam kloroform P, dalam eter P dan
                                        dalam eter   minyak tanah p.
Khasiat                        : Sumber vitamin A dan vitamin B
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,
                                terlindung dari cahaya.

4.    Pulvis Gummi Acaciae (FI. Edisi IV Hal. 718)
Nama resmi                 : Pulvis Gummi Acaciae
Nama lain                    : Serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian                      : Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak
                                        berbau
Kelarutan                     : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi
                                       sangat  lambat, meninggalkan sisa bagian
                                      tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan
                                       memberikan cairan seperti mucillago, tidak
                                      berwarna atau kekuningan,   kental, lengket,
                                      transparan, bersifat       asam lemah  terhadap
                                      kertas lakmus biru, praktis tidak larut  
                                     dalam etanol dan dalam eter p
Khasiat                        : Zat tambahan (Emulgator)
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.





IV.   PERHITUNGAN DOSIS

V.      PENIMBANGAN BAHAN
a. Pengenceran bahan obat
b. Obat yang ditimbang/diukur
- Penimbangan Untuk Pembuatan Corpus Emulsi
Untuk membuat emulsi dengan minyak lemak maka untuk membuat corpus emulsi diperlukan perbandingan antara emulgator, fase air dan fase minyak dimana perbandingannya yaitu 1 : 1,5 : 2, hal ini telah ditetapkan dalam buku ilmu meracik obat halaman 134 (Anief, Moh. 2010).
-          Emulgator (PGA)                                : 1    x 7,5 g = 7,5 gram
-          Air (Aquadest)                                    : 1,5 x 7,5 g = 11,25 gram
-          Minyak (Oleum Iecoris Aselli)            :2     x 7,5 g = 15 gram
Sisa bahan yang akan ditambahkan setelah pembuatan corpus emulsi yaitu:
Air (Aquadest)                                    : 18,75 ml – 11,25 ml = 7,5 ml
-          Minyak (Oleum Iecoris Aselli)            : 25 gram – 15 gram   = 10 gram

No
Nama Obat
Jumlah Obat
Keterangan
1
Oleum Iecoris Aselli
25 gram

2
PGA
7,5 gram

3
Glycerin
2,5 gram

4
Aqua
18,75 ml





VI.   PROSEDUR KERJA ( Anonim, 2017 )
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan Aquadest sebanyak 18,75 ml
3.    Dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir, ditambahkan PGA sebanyak 7,5 gram lalu digerus hingga homogen
4.    Ditambahkan aquadest sebanyak 11,25 gram sekaligus, digerus cepat hingga terbentuk corpus kemudian ditambahakan glycerin sebanyak 2,5 gram, digerus hingga homogen
5.    Ditambahakan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit, digerus hingga homogen
6.    Dimasukkan dalam botol dan diberi etiket.


















VII.COPY RESEP
APOTEK MANDALA WALUYA FARMA
Jl. A. H. Nasution G37, Kendari
Apoteker : Jastria Pusmarani, S.Farm., M.Sc., Apt
SIPA : 15/Dkk/2015/001

COPY RESEP

No       : 04
Dari     : dr. Harnaningdiningrat
Tanggal           : 2 November 2009
Untuk : Jasminah (9 tahun)
Alamat            : -

R/Oleum Iecoris Aselli       25 gram
PGA                              7,5 gram
Glycerin                         2,5 gram
Aqua                              18,75 gram
m.f. Emulsi
s 2 dd cth 1

                                                                                                                   Kendari, 2-11-2009
                                                                                                                   PCC
           
                                              



Apoteker                      
                                                       

 














































VIII. ETIKET

APOTEK MANDALA WALUYA FARMA
Jl. A. H. Nasution G37, Kendari
Apoteker : Jastria Pusmarani, S.Farm., M.Sc., Apt
SIPA : 15/Dkk/2015/001
Kendari, 2-11-2009

No                                    : 04                                          sendok makan
Nama                    : Jasminah (9 tahun)                sendok bubur
Aturan pakai        : 2 x sehari                               sendok teh


                                               Sesudah/Sebelum Makan
                                                                 


XI.   PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan emulsi, dimana dalam pembuatan emulsi ini kami sebagai mahasiswa atau praktikan diharapkan dapat mengetahui cara pembuatan emulsi serta mampu membuat sediaan emulsi dengan minyak lemak.
Pada praktikum ini metode yang digunakan dalam pembuatan emulsi yaitu dengan metode gom kering sebab seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa metode gom kering dilakukan dengan cara zat pengemulsi (PGA) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk membentuk corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. Hal ini juga dilakukan pada prosedur kerja yang digunakan pada percobaan ini (Syamsuni, A. 2006).
Pada percobaan ini bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Oleum Iecoris Aselli sebanyak 25 gram, PGA sebanyak 7,5 gram, Glycerin sebanyak 2,5 gram, dan aquadest sebanyak 18,75 ml. semua bahan kemudian dibuat atau diracik menjadi sediaan emulsi dengan cara pertama: dibuat corpus emulsi dengan cara dimasukkan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 15 gram kedalam mortir dan ditambahkan PGA sebanyak 7,5 gram lalu digerus hingga homogen, kedua: ditambahkan aquadest sebanyak 11,25 ml lalu diaduk cepat hingga terbentuk corpus emulsi, ketiga: ditambahkan sisa air sebanyak 7,5 ml dan minyak (Oleum Iecoris Aselli) sebanyak 10 gram sedikit demi sedikit lalu ditambahkan glycerin sebanyak 2,5 gram digerus hingga homogen, terakhir: dimasukkan dalam botol dan diberi etiket putih.
Khasiat dari bahan-bahan yang digunakan adalah Oleum Iecoris Aselli sebagai sumber vitamin A dan D, PGA sebagai zat pengemulsi (emulgator), Glycerin sebagai zat tambahan (corrigen saporis),  serta aquadest sebagai pelarut atau fase air (Farmakope Indonesia edisi III, 1979).
Aturan pakai dalam resep ini adalah 2 kali sehari 1 sendok teh (5 ml), yang diperuntukkan kepada pasien atas nama Jasminah dengan umur 9 tahun yang memiliki keluhan kurang nafsu makan sehingga dokter membuat resep ini yang berkhasiat sebagai obat penambah nafsu makan kepada anak dalam masa pertumbuhan yang membantu perkembangan otak anak.



DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia jilid III. Depkes RI : Jakarta
Dirjen, POM. 1995. Farmakope Indonesia jilid IV. Depkes RI : Jakarta
Dirjen, POM. 1978. Formularium Nasional edisi II. Depkes RI : Jakarta
Pusmarani, Jastria. 2017. Petunjuk Praktikum Farmasetika II. STIKES Mandala Waluya : Kendari
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC : Jakarta



1 komentar:

  1. titanium chain and tin products | TITanium-Arts
    Titanium chain and titanium sia tin products. head titanium tennis racket These will offer you titanium meaning a complete shopping where can i buy titanium trim experience with a variety of products available in one titanium gr 2 brand,

    BalasHapus